1. Skala Likert
Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert, yang merupakan suatu series butir (butir soal). Responden hanya memberikan persetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap butir soal tersebut. Skala ini dimaksudkan untuk mengukur sikap individu dalam dimensi yang sama dan individu menempatkan dirinya ke arah satu kontinuitas dari butir soal.

Langkah-langkah penyusunan skala likert :
a) Komposisi butir soal (butir) dalam satu kesatuan.
  • Susun sejumlah soal (antara 50-100 butir) yang merupakan pernyataan yang mencakup satu dimensi saja. Umpama : Motivasi Belajar atau Kebiasaan Belajar atau Keluarga Berencana.
  • Pernyataan positif dan negatif hendaklah seimbang jumlahnya. Urutan pemunculannya dilakukan secara random.
  • Kekuatan tiap butir soal tidaklah begitu penting.
  • Jumlah pernyataan yang positif dan negatif hendaklah sama. Hal ini dimaksudkan apabila ada pertanyaan yang dikurangi, maka komposisi yang tersisa tetao seimbang.
b) Pemilihan alternatif jawaban.
  • Tentukan berapa alternatif (choices) yang akan digunakan. Apabila lima, tujuh, sembilan, atau sebelas.
  • Alternatif yang dipilih hendaklah lebih mudah dipahami responden dan memberikan semaksimal mungkin data yang diperlukan.
  • Alternatif respons yang dipilih itu hendaklah disesuaikan dengan pernyataan. Jangan terjadi kesenjangan antara pernyataan dan alternatif respons tang disediakan.
c) Tata urutan butir soal dan persiapan pengadministrasian.
  • Tiap butir soal dalam instrumen hendaklah ditetapkan secara random (acak).
  • Respons pilihan sebaiknya ditempatkan di sebelah kanan, dan kadang-kadang di sebelah bawah kalau respons pilihan tidak seragam, sedangkan petunjuk pengisian ditempatkan di bagian atas halaman pertama atau pada halaman terpisah di bagian depan. Petunjuk itu hendaklah jelas, dengan bahasa yang komunikatif, sehingga tidak menimbulkan keraguan lagi bagi responden dalam mengisi instrumen.
  • Berikan waktu secukupnya, sehingga setiap responden mengisi semua butir soal sesuai dengan keadaan sebenernya. Dalam instrumen berbentuk skala ini tidak ada jawaban yang benar atau salah, seperti dalam tes. Oleh karena ini, waktu bukanlah sesuatu yang menentukan. Jangan batasi waktu sekaku mungkin, seperti dalam melaksanakan suatu tes.
  • Format dan perwajahan instrumen adalah sesuatu yang penting. Instrumen itu hendaklah mudah dibaca, mudah dipahami dan mudah pula diisi oleh responden. Perwajahan yang menarik dengan spasi dan huruf yang baik dan jelas akan mendorong responden mengisi instrumen dengan cepat dan baik.
  • Instrumen yang telah siap perlu ditimbang (jugde) ahli dan kemudian diujicobakan kepada sejumlah responden yang merupakan bagian dari populasi penelitian tetapi bukan sampel penelitian. Besarnya sampel uji coba tergantung pada teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis data uji coba tersebut. Setiap instrumen yang akan digunakan pada pengumpulan data yang sesungguhnya hendaklah mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi. Angka koefisien validitas dan realibilitas dapat dicari berdasarkan data uji coba.
d) Pemberian skor
Dalam memberikan nilai (value) pada sikap tertentu yang diteliti, peneliti hendaklah memberi skor pada semua butir soal yang digunakan. Pada butir soal yang tidak diisi oleh responden maka skor yang bersangkutan adalah nol. Langkah-langkah dalam pemberian skor sebagai berikut :
  • Apabila pilihan respons lima, maka berilah nilah 1, 2, 3, 4, dan 5. Seandainya respons pilihan tujuh, maka nilai yang diberikan untuk masing-masing butir soal adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
  • Berhubung karena adanya butir soal yang positif dan yang negatif, maka sejak dini peneliti hendaklah menentukan dengan teliti mana butir soal dengan sikap positif dan mana pula yang bersifat negatif. Untuk butir soal yang positif, maka nilai lima diberikan pada alternatif pilihan sangat setuju, skor 4 untuk setuju, skor 3 untuk tidak ada pendapat, skor 2 diberikan kepada respons pilihan tidak setuju, dan skor satu untuk pilihan sangat tidak setuju. Untuk butir soal yang negatif, maka skor 5 diberikan kepada pilihan respons sangat tidak setuju dan skor 1 untuk pilihan sangat setuju. Demikian polanya, kalau pilihan tujuh atau pilihan tiga dan sebagainya.
  • Skor masing-masing responden merupakan penjumlahan skor tiap butir soal yang didapat oleh masing-masing responden. Skor rata-rata tiap individu adalah jumlah skor yang didapat masing-masing individu dibagi dengan jumlah butir soal. Skor rata-rata masing-masing responden tersebar antara 1-5.
  • Tiap skor rata-rata itu dapat diartikan positif atau negatif, dengan memedomani kembali filosofi dasar dan pedoman nilai yang diberikan. Skor 3,  untuk pilihan lima berarti individu itu tidak bersikap positif dan tidak pula negatif. Skor rata-rata 1 dan 2, berarti individu itu mempunyau sikap negatif tehadap apa yang dijadikan objek penelitian, sedangkan individu yang mendapatkan skor rata-rata 4 dan 5, berarti mereka itu mempunyai sikap positif.
Disamping cara pengelompokan di atas, masih ada beberapa cara lain yang dapat digunakan. Hali itu banyak ditentukan oleh bobot skor yang diberikan ada masing-masing alternatif pilihan, sistem pembulatan yang digunakan dan dasar rasional pemikiran dalam pengklasifikasikan sehinga skor tersebut dapat berubah menjadi data interval.

e) Penyempurnaan dan pengembangan instrumen.
Setelah butir soal dianalisis berdasarkan sampel uji coba, peneliti memilih butir soal yang baik berdasarkan validitas internal yang telah diketahui. Pilihlah disekitar empat puluh butir soal yang akan dijadikan instrumen yang siap pakai pada penelitian yang sebenarnya.
Langkah-langkah dalam menentukan urutan butir soal dan cara pemberian skor dalam instrumen yang terakhir (final) sama dengan pada waktu menentukan urutan instrumen dan pemberian skor pada waktu uji coba instrumen.

2. Skala Thurstone
Skala ini mula-mula dikembangkan oleh Louis Leon Thurstone, seorang ahli ilmu jiwa bangsa Amerika dan pioner dalam pengukuran mental. Berbeda dengan skala Likert, skala Thurstone ini bertujuan ingin mengurutkan responden berdasarkan ciri-ciri tertentu. Skala ini tidak terlaly mudah disusun, namun mempunyai reliabilitas yang tinggi, tetapi sukar dalam reprodusibilitasnya. Di lain pihak perlu pula diperhatikan peneliti bahwa skala Thurstone ini disusun dalam interval yang sama (equal appearing interval) dan menggunakan pertimbangan (judges) dalam menyusunnya.

Langkah-langkah penyusunan skala Thurstone :
a) Menentukan Komposisi Dalam Satu Pool.
  • Susun dan/atau kumpulan suatu set pernyataan yang unidimensional. Jumlah soal yang ideal antara 100 dan 200 butir.
  • Kekuatan suatu butir/per butir soal tidaklah begitu penting.
  • Boleh pernyataan positif maupun pernyataan negatif.
  • Susun pernyataan yang unidimensional dan yang bersifat menyatakan sesuatu itu pada suatu kartu untuk setiap soal.
b) Pemilihan Penimbang dan Pertimbangan.
  • Rumuskanlah populasi penelitian itu.
  • Pilih dari populasi yang sama, penimbang/juri yang akan membantu pengembangan butir soal di atas.
  • Jumlah penimbang sebaiknya sebanyak mungkin, antara 40-100 orang.
  • Kepada penimbang diharapkan mengelompokkan butir soal yang terdapat dalam setiap kartu ke dalam 11 kelompok dan memberi skor 1 sampai sebelas atau dari sangat tidak menyenangkan (skor satu) sampai sangat menyenangkan (skor 11)
c) Penskoran Pertimbangan atau Penaksiran Skala Interval.
  • Kumpulan semua pertimbangan untuk tiap-tiap pernyataan atau butir soal.
  • Disribusikan setiap pernyataan, dan pernyataan yang nilainya sangat menyebar dibuang. Adapun skor nilai yang agak bersamaan digunakan untuk membuat skala.
  • Hitung semi interquartile range untuk setiap pernyataan. Hitung median dari nilai-nilai. Median akan digunakan sebagai dasar perhitungan.
  • Nilai butir soal ditentukan dengan menghitung median untuk penempatan frekuensi penilai.
  • Tentukan berapa panjang skala dan berapa banyak butir soal. Dua puluh atau dua puluh lima butir soal cukup memadai sebagai alat ukur untuk mengungkapkan sesuatu.
  • Setelah ukuran skala ditentukan, pilihlah soal sebanyak yang dibutuhkan berdasarkan interval yang sama. Umpama: dua puluh soal dengan nilai 1.0; 1.5; 2.0; 2.5; 3.0; ..., 6.5; 7.0; 7.5; ..., 9.5; 10.0; 10.5.
  • Bentuk paralel dapat disusun dengan memilih butir soal lain berdasarkan interval yang sama pula.
d) Persiapan Pengadministrasian dan Penskoran.
  • Suatu butir soal hendaklah dipilih dari sejumlah (pool) soal-soal yang lebih luas. Butir-butir soal itu ditempatkan secara random/acak tanpa nilai butir soal itu.
  • Pada setiap butir soal hendaklah disediakan tempat untuk responden menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan itu.
  • Penskoran dilakukan dengan membuat tanda pada butir soal bahwa responden setuju dengan pernyataan itu. Kemudian mencari skala nilai untuk tiap butir soal, dan selanjutnya mencari median untuk butir soal itu. Median untuk setiap butir soal yang disetujui akan menjadi skor skala untuk responden itu.

3. Skala Guttman
Skala Guttman atau disebut juga scalogram analysis. Dikembangkan oleh Louis Guttman dan lebih rumit dari skala Likert dan Thurstone. Skala ini :
a) Merupakan skala kumulatif dan ordinal.
b) Hanya mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multidimensi, karena itu skala ini disebut juga dengan unidimensional.

Seandainya suatu skala disusun berdasarkan atas tingkat pemahaman masyarakat tentang modernisasi, maka skor yang didapat tiap responden dalam skala itu hanya menunjukkan tingkat/kadar sejauh mana seorang menerima sikap atau konsep tentang modernisasi.

Langkah-Langkah Dalam Menyusun Skala Guttman :
a) Susunlah sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan masalag yang akan diselidiki dengan terlebih dahulu menentukan sub-sub variabelnya dalam satu pool.
  • Susun pernyataan deskriptif mengenau universe yang diselidiki.
  • Butir-butir soal hendaklah mewakili sikap yang diukur.
  • empatkan soal itu dengan baik dalam sheet dengan dua kemungkinan jawaban "ya" dan "tidak".
b) Uji coba skala.
  • Administrasikan skala itu pada sampel yang diperkirakan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan populasi penelitian.
  • Semua butir soal diskor dengan cara yang telah ditentukan terlebih dahulu.
  • Skor ditentukan untuk tiap responden. Umumnya tiap responden adalah jumlah jawaban yang positif.
c) Penyusunan skala.
  • Susun suatu chart, dengan butir soal sebelah atas dan responden sebelah kiri.
  • etelah semua responden selesai diskor, maka kegiatan berikutnya mengatur/ menyusun kembalu menurut ranking, dengan tidak memperbaiki letak butir soal.
  • Setelah semua responden diurutkan, maka langkah berikutnya mengatur kembali butir soal dengan menempatkan pada kolom pertama yaitu butir soal yang terbanyak jawaban "ya", dan seterusnya, dengan tidak mengubah urutan responden.
d) Kegiatan berikutnya menghitung indeks reprodusibilitas.
  • Indeks ini dihitung untuk menentukan apakah respons yang diberikan menunjukan kualitas yang kuat dalam kaitan dengan total skor yang tertinggi.
  • Untuk menghitung indeks itu dapat menggunakan rumus reprodusibilitas.
  • Jika indeks reprodusibilitas kecil dari 0,9 maka skala itu tidak memuaskan untuk digunakan.
  • Indeks reprodusibilitas hanya mengukur ketepatan alat yang dibuat, sedangkan koefisien skalabilitas menunjuk kepada baik tidaknya skala itu digunakan.
  • Langkah selanjutnya menghitung koefisien skalabilitas.
  • Kalau indeks skalabilitas besar dari 0.6, maka skala itu dianggap baik. 
4. Skala Semantic Differential
Skala ini dikembangkan mula-mula oleh Osgood, Suci, dan Tannenbaum untuk mengukur pengertian seseorang tentang konsep atau objek. Setiap responden diminta untuk menilai suatu konsep atau objek dalam suatu skala bipolar dengan tujuh titik.

Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Skala Semantic Differential :
a) Pilih konsep yang akan dinilai.
  • Konsep tersebut hendaklah relevan dengan topik penelitian.
  • Konsep itu harus sensitif untuk membedakan kesamaan antara kelompok.
b) Pilih kata-kata ajektif berpasangan.
  • Kata-kata ajektif itu (bipolar) berlawanan.
  • Sifat berlawanan itu tidak dimunculakan hanya dengan menambah kata tambahan "tidak", kecuali kalau tidak ada pilihan yang lain.
c) Penempatan kata-kata dalam skala dilakukan secara random.

Komentar